Blog Archives

Upacara Perkawinan

A.   Perkawinan Adat Sasak

Adat perkawinan pada masyarakat Lombok dikaitkan dengan upacara sorong serah aji krame. Seorang pemuda (terune) dapat memperoleh seorang istri berdasarkan adat dengan dua cara yaitu : pertama, dengan soloh (meminang kepada keluarga si gadis ), kedua, dengan cara merariq (melarikan di gadis). Setelah salah satu cara sudah dilakukan, maka keluarga pria akan melakukan tata cara perkawinan sesuai dengan adat Sasak. BACA SELENGKAPNYA

Upacara Kelahiran

Anak merupakan sesuatu yang sangat didambakan bagi pasangan suami istri, begitu pula dengan masyarakat sasak. Ketika mendapatkan seorang anak (melahirkan anak) masyarakat sasak umumnya melakukan berbagai upacara untuk mensyukuri kelahiran anaknya. Berikut adalah berbagai Upacara Kelahiran  yang dilakukan oleh masyarakat sasak sebelum dan ketika telah melahirkan anak. BACA SELANJUTNYA

Adab Bertamu dan Menerima Tamu

Kapan saja dan siapa saja dapat datang ke rumah seseorang untuk bertamu, baik dengan berjanji terlebih dahulu atau  tanpa membuat janji terlebih dahulu. Dalam bahasa Sasak bertamu disebut betemue. Bertamu yaitu mengujungi rumah orang lain baik itu keluarga, sahabat kerabat atau siapa saja. Apabila seseorang pergi mengujungi rumah orang lain, dalam tatakrama adat Sasak ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu: BACA SELENGKAPNYA

Upacara Kematian

Dalam siklus kehidupan manusia, peristiwa kematian merupakan akhir kehidupan seseorang di dunia. Masyarakat meyakini kehidupan lain setelah kematian. Di beberapa kelompok masyarakat dilakukan persiapan bagi si mati. Salah satu peristiwa yang harus dilakukan adalah penguburan. Penguburan meliputi perawatan mayat termasuk membersihkan, merapikan, atau mengawetkan mayat :

    Upacara adat kematian yang dilaksanakan sebelum acara penguburan meliputi beberapa tahapan yaitu :

1. Belangarbelangar

 Masyarakat Sasak Lombok pada umumnya menganut agama Islam sehingga setiap ada yang meninggal ada beberapa proses yang dilalui. Pertama kali yang dilakukan adalah memukul beduk dengan irama pukulan yang panjang. Hal ini sebagai pemberitahuan kepada masyarakat bahwa ada salah seorang warga yang meninggal. Setelah itu maka masyarakat berdatangan baik dari desa tersebut atau desa-desa yang lain yang masih dinyatakan ada hubungan famili, kerabat persahabatan dan handai taulan. Kedatangan masyarakat ke tempat acara kematian tersebut disebut langar (Melayat).

Tradisi belangar bertujuan untuk menghibur teman, sahabat yang di tinggalkan mati oleh keluarganya, Mereka biasanya membawa beras seadanya guna membantu meringankan beban yang terkena  musibah. BACA SELENGKAPNYA

Adat Sasak Untuk Lingkungan Hidup

A. Adep Betanduran

untitled

Masyarakat Gumi Sasak sejak dahulu kala mengenal pola betanduran (bertani) sejak zaman nenek moyang. Dalam adat sasak sebelum menanam padi di sawah sebagai bahan makanan pokok mempersiapkan beberapa hal :

  1. Mempersiapkan bibit yang baik dari hasil panen tahun lalu yang ditempatkan pada bagian bawah lumbung, hal ini dimaksudkan supaya bibit tetap terpelihara dengan baik dan tidak dimakan hama.
  2. Jika musim hujan diperkirakan akan tiba para petani mempersiapkan diri menurunkan bibit dengan menyiapkan daun bikan, sejenis rumput, daun jeringo yang akan digunakan sebagai bubus, selanjutnya air merendam perak dan emas dicampur air rendaman empit (kerak nasi).
  3. Acara penanaman bibit dengan doa dengan harapan agar buah padi yang di tanam putih seperti perak dan kuning seperti emas. Baru kemudian bibit dihamparkan sebagai bibit.
  4. Setelah tiba waktunya untuk ditanam, bibit dicabut untuk ditanam secara bergotong royong tua, muda, laki, perempuan. Acara gotong royong sesuai jadwal yang ditetapkan oleh pekasih (petugas pengatur air). BACA SELENGKAPNYA